PEMBANGUNAN KELOMPOK TANI YANG TANGGUH DAN MANDIRI

Suatu Ulasan Teoritis Faktual dalam menjawab Permasalahan Pembangunan Pertanian Berbasis Kerakyatan di Kabupaten Fakfak

Oleh :

(Benyamin Unwakoly, SP, M.Si)

Staf Penyuluh Pertanian Kabupaten Fakfak – Provinsi Papua Barat

Agribisnis adalah suatu aktivitas usaha di bidang pertanian yang dilakukan secara holistic (menyeluruh) dari hulu sampai hilir. Jika petani pala memproduksi biji pala dan fulli dan menjual produksinya langsung dalam bentuk tersebut, maka ia belum termasuk pelaku agribisnis, tetapi ia baru sebagai pelaku budidaya, contoh lain misalnya petani pisang menjual hasil produknya berupa pisang mentah, maka ia juga belum beragribisnis, tetapi kalau saja petani pala menjual hasil produknya berupa serbuk pala atau minyak atsiri, petani pisang menjual produknya dalam bentuk kripik pisang misalnya maka mereka itu baru disebut pelaku agribisnis. Kenapa demikian?, karena dalam konteks agribisnis ada beberapa prinsip penting diantara yaitu nilai tambah (bennefit value), dan efisiensi. Disadari bahwa petani yang ada di daerah umumnya (fakfak, khususnya) adalah petani berskala budidaya, sehingga sulit rasanya petani bisa mencapai kesejahteraan hanya dengan mengandalkan usaha produksi primer dari skala usaha yang sempit tersebut.  Perilaku Petani yang telah terbiasa dengan adanya bantuan oleh Pemerintah Daerah juga menjadi salah satu faktor yang memperburuk keadaan dalam pengembangan usaha agribisnis di Kab.Fakfak. Oleh karena itu konsep nilai tambah dan efeisiensi adalah salah satu upaya yang perlu ditempuh (sesuai Visi dan Misi Kab. Fakfak 2016 – 2021, FAKFAK BERMITRA).  Prinsip lain dari suatu usaha agribisnis adalah memenuhi tuntutan pasaran.  Pasar atau konsumen menghendaki produk yang berkualitas, ketersediaan dan distribusi yang kontinyu dalam jumlah yang memadai. Bagaimana petani bisa memenuhi permintaan pasar seperti  tersebut,  sementara usaha petani umumnya berskala sempit, hanya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga serta tersebar dan berada jauh dari pusat-pusat konsumen?. Oleh karena itulah maka keberadaan kelompok tani yang solid dan tangguh mutlak diperlukan.

Bagaimana kita menumbuhkembangkan kelompok-kelompok tersebut sehingga menjadi tangguh?, ikutilah kiat-kiat berikut ini :

Pertama, identifikasi calon kelompok yang akan dimunculkan, yang berpotensi untuk maju baik ditinjau dari sisi sumberdaya manusia (budaya, ketaatan, prilaku dll),  dari sisi potensi usaha dan dari sisi lainnya, jika memungkinkan munculkan kelompok-kelompok yang dipimpin oleh KTNA Desa atau KTNA Kecamatan. Jumlah kelompok yang diunggulkan tersebut, minimal setiap desa/kampung mempunyai satu kelompok tani  unggulan.                  Kedua, lakukan kunjungan kelompok se-intensif mungkin, tentunya atas dasar kesepakatan yang tidak memberatkan  para petani calon anggota kelompok unggulan tersebut.                 Ketiga, fokuskan pembinaan pada manfaat-manfaat kebersamaan, melalui cerita-cerita kelompok  yang berhasil, jika memungkinkan ajak mereka mengunjungi kelompok yang sudah maju.  Keempat, adakan kegiatan rutin yang dapat mengikat kebersamaan, antara lain kurus tani, Sekolah Lapangan, latihan kepemimpinan dan kegiatan –kegiatan kebersamaan lainnya. Kelima, berikan wawasan yang lebih luas dan informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan usaha agribisnis  (informasi pasar, mitra-mitra usaha, sumber teknologi, sumber permodalan dan lain sebagainya), perlu diingat yang dimaksud mitra usaha dan pasar tidak harus berupa perusahaan besar atau pasar swalayan, tetapi siapa saja yang dapat membantu memperlancar dan mengembangkan kegiatan agribisnis kelompok sesuai dengan skala usahanya. Keenam, lakukan bimbingan dan pemanduan dalam merancang bangun usahatani kelompok, perlu diperhatikan bahwa kelompok harus diberdayakan sebagai unit usaha yang mampu memenuhi prinsip-prinsip agribisnisKetujuh fasilitasi dan berikan bimbingan lebih lanjut sesuai dengan tingkat kemajuan kelompok, artinya materi dan topik kunjungan dirakit sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. Setiap melakukan kunjungan kelompok hendaknya penyuluh membawa misi  yang jelas, dengan mengacu pada pertanyaan ; pesan apa yang akan disampaikan ?, apa tujuannya ? siapa sarannya ? output apa yang diharapkan ? tindak lanjut apa yang harus dilakukan ? dsb. Ingat ! tak ada pekerjaan yang harus dilakukan tanpa tujuan dan output yang jelas. Tanamkan prinsip wirausaha dalam bekerja. Langkah ketujuh ini terus dilakukan berulang kali sehingga suatu saat dicapai kondisi kelompok yang mandiri dan tangguh. Kedelapan, apabila kita telah memiliki kelompok yang unggul, selanjutnya kelompok ini kita jadikan show window atau media penyuluhan untuk menumbuhkembangkan kelompok yang lainnya.  Kelompok show window ini tentunya perlu terus ditata, dipelihara dan dilestarikan.

Dengan strategi seperti itu jika saja seorang penyuluh mampu menumbuhkan satu atau dua kelompok  unggulan dalam satu tahun pertama, ini sangat penting dan sangat berarti sebagai modal awal untuk dijadikan media penyuluhan bagi kelompok calon unggulan berikutnya. Kita sekarang sedang mengalami kerisi keteladan kurang ada kelompok yang dapat dijadikan contoh. Oleh karena itu mari kita ciptakan contoh-contoh tersebut.

Untuk menumbuhkembangkan kelompok yang unggul dan mandiri selain kiat-kiat tersebut di atas, diperlukan adanya :

1.     Reorientasi penyuluhan  pertanian : dari hierakhi kerja vertikal ke kerjasama horizontal dari pendekatan instansional ke pengembangan mutu dan kemampuan pribadi, dari pendekatan instruktif  ke pendekatan partnership dan dialogis, dari system kerja linier ke sistem kerja jaringan. Dengan demikian setiap penyuluh mau tidak mau harus berusaha meningkatkan kemampuan kerja dan kreativitasnya untuk memberdayakan petani (Margono Slamet, 2005).

2.     Pemetaan partispatif dimulai dari Pemetaan Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan lokal yang berbasis pada aspek biofisik geografis, aspek budaya dan perilaku. Dari pemetaan tersebut kemudian ditetapkan Satuan Wilayah Pengembangan Kelompok Komoditas Pertanian skala semi detail (1 : 10.000) sampai ke skala Detail (1 : 5000) yang disesuaikan dengan peta pengembangan wilayah Kabupaten berdasarkan Peta Tata Ruang Kabupaten Fakfak.  

3.     Komitmen yang kuat dari para penyuluh pertanian terhadap visi dan misi penyuluhan pertanian antara lain mengembangkan kemandirian petani.  Untuk itu  penyuluh pertanian harus selalu menempatkan petani dan usahataninya sebagai sentral kegiatan, melakukan pendekatan yang humanistik, memilih subjek yang berpotensi untuk mandiri (people center development), bekerja ikhlas dan jujur untuk meningkatkan keberdayaan petani sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya. Selalu berpikir bagaimana melayani petani sehingga mereka merasa puas,menjadikan dirinya sebagai vigur central yang keberadaannya dirasakan sangat bermanfaat.  

4.     Pelayanan yang serentak, artinya para aparat pelayanan dari semua disiplin kerja yang ada di lingkup Pertanian harus secara serentak memfasilitasi kebutuhan kelompok yang dirasakan urgen untuk pengembangan kelompok tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, memperlakukan kelompok sebagai single shoting, menempatkan kelompok sebagai mitra sejajar(egaliter) sehingga pengembangan kelompok menjadi tanggungjawab dan kebanggaan bersama,

5.     Kelompok tani sebagai unit usaha didorong untuk dikembangkan menjadi kelompok ekonomi petani produktif (KEP) yang berbadan hukum dalam bentuk koperasi, usaha bersama, cv atau PT. Untuk itui semua sekali lagi perlu di dukung oleh (a) kelembagaan penyuluhan yang kuat dan mantap, (b) tenaga penyuluh yang profesional, (c) kebijakan pemerintah yang berpihak pada kepentingan peningkatan sumberdaya petani, (d) sarana prasarana yang memadai dan pembiayaan yang mencukupi serta, (e) pengguna metoda penyuluhan yang tepat dan senantiasa berkembang.

Akhirnya dengan semboyan Pertanian Maju Petani Sejahtera dapat diwujudkan dengan semangat Kerja…Kerja dan Kerja…  Semoga Bermanfaat

 (Disadur dari berbagai sumber).

Author: admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *